You’re My Shining Star
Author : Cynthia Adysaa
Cast : Park Sooyoung a.k.a reader
Onew
SHINee a.k.a Lee Jinki
Other cast : Soon Yoon Ah
Yang
lain temukan sendiri
Genre : Sad, romantic
Ratting : PG
Lenght : onesshoot
Disclaimer : Ini hanya cerita fiktif hasil dari imajinasi saya. jika ada kesamaan nama tokoh, saya minta maaf
Seoul 01.00 PM
Seoul masih terlihat ramai dimalam selarut dan sedingin
ini. Aku menyusuri jalanan yang penuh dengan hamparan salju putih. Mereka
terlihat kusam dimataku.aku yakin aku tak sedang mabuk tapi entah mengapa bola mataku
terasa berputar-putar. Ini sangat menyakitkan karna efeknya membuat kepalaku
pusing. Tapi aku tetap berjalan, menyeruak diantara kerumunan orang yang entah
sedang mabuk atau tidak. Aku tidak kuat, mereka tertawa terbahak-bahak dan itu
membuat telingaku tuli. Tiba-tiba aku merasa benci dengan mereka semua.
Orang-orang di jalan itu, bos, semua partner kerjaku,
ayah, ibu, bahkan para penjual bakso ikan dijalan ini aku benci mereka semua.
Terutama gadis itu, gadis yang telah membuat seluruh pekerjaanku menjadi
berantakan. Aku benci dia, aku benci, aku aku. . . .
“arrgh... kepalaku, sial!” umpatku lemah
BRUUK~ semua menjadi gelap, aku
tidak ingat apa-apa lagi.
Cuuurrrrr.............srek srek......cethek.....
Aku bangun. Dahiku terasa basah dan seperti ada yang
menempel. Aku menyentuhnya, sebuah kompres. Ada apa ini? Kenapa aku harus
dikompres?
Aku mencoba bangkit, tapi sakit dikepalaku masih belum
berkurang. Aku memandang sekelilingku, dan baru sadar aku sedang berada di
ruang yang asing.
“Halo, apa ada orang disini?” aku mencoba bersuara
Seorang namja melongokkan kepalanya dari balik pintu. Ia
terlihat sibuk dengan celemek dipinggang dan sebuah sendok besar di tangan
kanannya.
“kau sudah bangun?” tanyanya
Aku mengangguk dan masih merasa bingung dengan keadaan
sekitar. Aku mencoba bangkit dari tempat tidur tapi mataku terasa
berkunang-kunang. Sekilas kulihat namja tadi tertegun melihatku dari balik
pintu.
“tunngu sebentar” ia beranjak menghampiriku.
Disodorkannya segelas air putih yang ia ambil dari meja sebelah tempat tidur.
Aku memandangnya heran dan menerima begitu saja segelas air putih itu lalu
meminumnya.
“gwenchana agasshi? Tanyanya dengan nada penuh
kekhawatiran.
Aku tersenyum, “ne, gwenchanayo” ucapku dengan suara
serak
“kau nampak tidak sehat. Apakah kau perlu ke dokter?”
tanyanya lagi
“eng....anniyo. nae gwenchana. Sepertinya semalam aku
mabuk” ujarku berbohong
Senyum kelegaan terpancar dari wajah tampannya.
“baguslah agasshi...tapi aku sudah membuatkan bubur
untukmu, kau harus memakannya” ia berdiri dan bergegas kembali ke dapur, tapi
dengan sekali sentakan aku menahan tangan kirinya agar dia berhenti.
“tunggu....dimana aku sebenarnya? Dan siapa kau?”
tanyaku. Ia menoleh dan tersenyum lebar
“selamat datang dirumahku, rumah Lee Jinki”
Drrt drrt drrt drrt~
Aku membuka kelopak mataku dan bergegas mengambil
handphoneku yang kusimpan dibawah bantal. Ada satu pesan diterima.
From : Jinki
Apa kau sudah makan Park Sooyoung
agasshi? Hari ini aku membuat bubur lagi. Memakannya aku jadi teringat padamu
^^
Aku tersenyum, dengan cepat aku membalasnya.
To : Jinki
Bubur
lagi? Aku memang belum makan, maukah kau memberikannya padaku? Aku sangat
lapar.
Tak lama kemudian ponselku bergetar lagi.
From : Jinki
Baiklah, sepuluh menit lagi ne ^^
Aku meletakkan ponselku lagi. Masih dalam keadaan
tersenyum aku kembali merebahkan tubuhkan kekasur. Namja ini aneh sekali. Namja
dengan muka penuh senyum dan ramah yang sangat perhatian padaku. Dia namja yang
baik namun kurangajar. Aku tersenyum kembali ketika ingat bagaimana ia
memanggilku dengan sebutan agasshi.
Dan aku berharap aku bisa merasakan getaran-getaran aneh
ketika memandanginya. Aku serius, aku ingin jatuh cinta padanya. Tapi aku tetap
tidak bisa mengontrol dan membagi rasa sayang terhadap seorang namja. Aku ingin
merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta pada seorang namja, diperlakukan
romantis dan memperkenalkannya pada umma dan appa.
Tapi sayangnya, aku lesbian. Aku yeoja dan pencinta
yeoja. Selama ini aku memang menikmatinya dan hampir tak mempunyai kendala
apapun dalam hubungan cinta. Tapi setelah kejadian kemarin, kejadian yang
akhirnya menyadarkanku betapa semua yeoja didunia ini sangat memuakkan, aku
ingin berhenti. Aku ingin memulai semuanya dari awal lagi.
Lamunanku membuyar saat kurasakan lagi getaran dari
ponselku. Aku segera membukanya.
From : Jinki
Seoul macet. Mau menemuiku ditaman Namsan
saja? Kita sarapan disana
Aku meletakkan ponselku dan bergegas keluar sembari
menyambar syal merah kesayanganku. Namsan park, aku datang.
Jinki tertegun dan memandangku dengan tatapan aneh ketika
aku selesai bicara. Ia bahkan menghentikan aktivitasnya saat makan. Ia
meletakkan sumpitnya dan mukanya memucat saat aku melanjutkan bicaraku
“jadi kau?” ucapnya lemah, “lesbian?” lanjutnya
Aku menatapnya nanar dan malu. Aku tidak pernah
membocorkannya pada siapapun apalagi pada orang yang baru kukenal seperti Jinki.
Aku terpaksa mengangguk lemah. Aku pikir
seharusnya aku tidak lagi menutupinya karna aku ingin berubah. Tapi pada
akhirnya aku hanya menyesal seperti ini karna menceritakannya pada orang yang
salah. Harapanku untuk berubah terkikis sedikit.
Jinki terlihat shock dan terlihat sedikit canggung. Aku
mencoba mencairkan suasana dengan mengeluarkan lelucon-lelucon terbaikku. Tapi
semua usahaku tidak berhasil, aku mulai putus asa. Jinki tetap diam.
Hening~
“kau sepertinya jijik padaku” ujarku. Kudengarkan sendiri
suaraku yang bergetar
Jinki menatapku “anni” ucapnya pendek
Mataku terasa perih. Aku tau dia berbohong. Wajah
polosnya itu tidak pernah bisa menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Aku
menarik napas dalam-dalam
“aku sebenarnya ingin berubah, tapi...” aku tercekat,
“sepertinya kau tidak bisa membantuku ya” aku berusaha
tersenyum.
“kau tidak menyukaiku kan?” lanjutku
Jinki terlihat kaget, “anni... ehmm maksudku iya” dia
menggaruk-garuk kepalanya
“tidak apa...kau pasti kaget” aku pura-pura melirik jam
tanganku,
“sudah siang, aku harus kuliah” tutupku
Aku hampir tidak bisa berkata-kata lagi. Rasa kecewa yang
berlebih dan sulit kubendung telah menguasaiku. Mataku terasa perih lagi. Aku
berbalik dan tetes demi tetes air mata mulai turun.
“Sial” makiku
Aku melangkah pergi meninggalkan Jinki, jauh, jauh, jauh
smapai kupastikan dia tak melihatku lagi.
Untuk
orang yang berbeda, perlu pengorbanan empat minggu, terhitung sejak hari itu,
Jinki tak lagi menemuiku. Jangankan menemui, mengunjungi saja tidak. Aku
mencoba untuk tidak lagi menaruh harapan
pada Jinki. Aku terus beralih dari namja ke namja lain, tapi tetap saja
tidak membawa perubahan yang berarti. Mereka menjauhiku dan mundur selangkah
demi selangkah begitu tau siapa diriku yang sebenarnya.
Aku
mulai membenci namja. Tapi aku membenci mereka disaat yang salah, karna
ponselku berbunyi dan nama yang tertera disitu sontak membuat jantungku
berdebar-debar.
Soon
yon ah!
Ada
apa ini? Kenapa dia meneleponku?
“yeoboseyo”
ucapku bergetar
“yeoboseyo, Sooyoung ah?” suaranya terdengar merdu
Aku
menelan ludah, “ne, waeyo?”
Terdengar
isak tangis dari sebrang, “soon yon ah, waeyo?” tanyaku khawatir
Yoon
ah menghela napas, “anniyo, sooyoung eonnie...neomu bogoshipo”
Aku
tak bisa lagi menyembunyikan kelegaan yang luar biasa didada ini. Antara senang
dan sedih. Antara bahagia dan sakit. Aku tak tau harus bagaimana.
“nado
bogoshipo” balasku, dan tak bisa lagi menahan senyum
“mari
kita bertemu eonnie...”
Tiba-tiba
aku ingat bahwa aku membencinya, karna ia pergi begitu saja meninggalkanku
bersama seorang namja. Itulah mengapa hatiku terasa sakit. Aneh rasanya jika
aku menemuinya lagi. Tapi rasa kangen yang begitu besar mengalahkan semuanya.
“araseo,
tempat yang biasa ya, ok?” putusku
“ok,
bye” balasnya
“bye”
tutupku
“Hyun Joong oppa meninggalkanku begitu saja eonnie”
keluhnya
Aku menghela napas. Sudah menduga pasti telah terjadi
sesuatu dengan gadis ini.
“kenapa bisa begitu?”
Ia mengangkat bahunya, “entahlah eonnie”
“aku rasa dia hanya mempermainkanku” bahunya mulai
terguncang. Ia menangis.
Aku hanya tertegun melihatnya. Ada rasa kasihan, sayang,
dan campur aduk didada. Aku sadar aku masih sangat mencintainya. Ia gadis yang
polos dan cantik. Siapa yang bisa luput dari pesonanya?
Tanganku bergerak tanpa kusadari. Kubelai rambut
blondenya dengan rasa sayang. Kusadari dadaku bergetar, tapi aku tidak coba
melawannya dan terus menikmati perasaan bahagia ini
Yoon ah mendongak “eonnie...” ujarnya disela-sela
tangisnya, “saranghae”
Aku memandangnyadengan penuh kasih. Ingin sekali aku menciumnya setelah kudengar
kata-kata itu. Tapi suasana kafe yang ramai hanya bisa membuatku gigit jari.
“eonnie” ucapnya lagi
Cukup! Aku merengkuhnya dalam-dalam didadaku. Aku hampir
menangis dibuatnya. Aku hampir saja menciumnya ketika tiba-tiba seseorang
menarikku kebelakang. Aku menoleh kesal, namun setelah aku tau siapa orang yang
telah berani menggangguku, aku terkesiap. Lee Jinki!
“Jinki?” aku ternganga menatapnya. Bagaimana dia bisa tau
aku disini?
Jinki tidak menjawab, ia hanya menarik lenganku untuk
pergi dari tempat itu. Aku hanya bisa pasrah karena tenaganya jauh lebih kuat.
Ia terus menarikku hingga diujung jalan tanpa sepatah katapun. Sedangkan aku
hanya bisa meringis kesakitan karna ia mencengkeram lenganku terlalu kuat.
Sampai diujung jalan ia berhenti dan melepaskan
sengkeramannya. Ia mendorongku dan memojokkanku didinding luar toko. Aku
mendongak dan menatapnya sama tajamnya saat ia menatapku. Mata kami saling
bertautan, dan sorot mata kepedihan terpancar dari sana.
“waeyo?” tanyanya dingin
“mwo?” tanyaku balik
“kau bilang kau akan berubah, kau lupa?” Jinki mendengus
“kau bohong” lanjutnya
“aku tidak bohong” jawabku meninggi,
“kenapa kau bertanya sekarang? Kemana saja kau selama
ini?” pancingku
“lalu kenapa tadi kau?” ia tercekat. Sedikit nada
kekecewaan terdengar dari mulutnya.
Aku menunduk, merasa menyesal. “karna kau tidak
membantuku, dan kupikir semuanya telah selesai. Aku tidak tau harus bagaimana
lagi dan minta pertolongan pada siapa lagi. Lalu dia datang dan...”
“bagaimana dengan semua namja itu? Potongnya tergesa
“namja itu? Apa maksudnya?” tanyaku heran
“mereka semua, Kang Sooman, Lee Donghoo, Kim Jungsu.”
Ujarnya sambil menyebutkan semua namja yang pernah dekat denganku
“bagaimana kau tau?” ucapku setengah marah dan bingung
Jinki menghela napas. “dengar... mianhae, jika selama ini
aku membututimu, tapi percayalah, ini kulakukan untuk meyakinkan diriku”
“meyakinkan apa?” aku mulai tak sabar
“meyakinkanku....untuk bersamamu”
Hening~
Aku masih mencerna kata-katanya. Untuk bersamaku katanya?
Itu berarti dia....
“lalu apa yang kau dapat?” tanyaku pelan
Jinki trsenyum, “kau memang sepertinya perlu bantuanku,
Park Sooyoung agasshi”
Aku tersenyum lebar, “Gomawo, Lee Jinki agasshi”
Akhirnya aku punya seorang namjachingu! Aku senyum-senyum
sendiri ketika mengingatnya. Walaupun kami berpacaran tapi aku tidak tau apakah
Jinki juga menyukaiku. Aku sendiripun juga tidak tahu apakah aku menyukainya.
Tapi ini adalah awal yang bagus untuk memulai semuanya dari awal lagi.
Semuanya, kecuali sakit dikepalaku ini. Sakit ini makin
lama makin sering kambuh. Dan menjadi sangat menyakitkan karna mempengaruhi
penglihatanku juga. Akhirnya kuputuskkan untuk menemui seorang dokter.
Dan disinilah aku sekarang, rumah sakit. Dokter itu duduk
tepat di depanku dan sedang menatapku lurus. Mukanya datar, dan aku tahu
sesuatu yang buruk telah terjadi.
“kecelakaan dua tahun yang lalu itulah yang menyebabkan
ini semua” dokter itu mulai membuka mulutnya
“aku khawatir kau bisa buta jika tidak segera dioperasi,
Park Sooyoung agasshi” tambahnya
“BUTA?”
“ternyata kecelakaan dua tahun yang lalu membuat kornea
matamu sobek. Jika tidak ditranplantasi kornea, kau bisa buta”
Tranplantasi? Buta? Apa ini? Aku masih bingung
“sakit kepalamu yang makin parah juga merupakan salah
satu efeknya.” Lanjutnya
Shock. Aku terdiam, dan hanya bisa menangis. Ottokhae?
Aku merasa, aku memang ditakdirkan untuk segera mati.
Aku menelepon Jinki dan menceritakan semuanya dengan
dramatis. Aku merasa, Jinki orang yang sangat nyaman untuk bersandar dan
berkeluh kesah saat ini.
“aku rasa kita harus bertemu” putusnya
Akhirnya kami kembali bertemu di Namsan tower.
Ia terlihat kacau sama halnya denganku. Ketika ia
melihatku ia bergegas menghampiriku dan memelukku. Aku terkesiap, tapi tetap
diam sambil menikmatinya. Ada desir-desir aneh dan rasanya hangat saat ia
memelukku.
“Gwenchana chagiya?”
Aku menggeleng. Aku menangis ketika ingat bahwa aku tak
lagi bisa bicara ‘ne, gwenchana’ pada semua orang yang bertanya tentang
keadaanku. Jinki hanya diam melihatku menangis dipelukannya. Ia membiarkanku
menjadikannya obyek pelampiasan amarahku. Aku berteriak, memakinya, memukul,
dan menenggelamkan wajahku di pelukannya. Terus begitu hingga akhirnya aku
merasa lelah dan berhenti.
“jinki-ah...tolong aku”
1
tahun kemudian~
“Jinki-ah saranghae” bisikku ditelinganya
Samar-samar aku melihat seulas senyum dari wajahnya,
“nado saranghae”
Aku tersenyum bahagia. Aku benar-benar jatuh cinta
padanya. Aku normal sekarang. Selama setahun belakangan ini, ia selalu
menemaniku melakukan check-up. Aku senang dia ada disampingku. Kehadirannya
sedikit meringankan rasa sakitku. Dan penantian satu tahun hampir berakhir.
Setelah satu tahun nyaris aku tidak dapat melihat. Pada akhirnya aku mendapat
donor kornea. Dan tebak siapa yang mendonorkannya padaku? Soo yoon ah! Gadis
yang polos, gadis yang cantik, gadis yang terluka karna ia tahu bahwa aku sudah
memiliki namjachingu. Dan gadis yang dulu sangat aku cintai. Ia telah pergi
selama-lamanya.
Aku masih ingat bagaimana ia bercerita bahwa ia dan HyunJoong
sudah baikan. Bagaimana ia sangat mencintai HyunJoong lebih dariku. Aku senang
mendengarnya namun terasa sakit. Aku senang karena pada akhirnya ia tak lagi
menyukaiku, tapi disisi lain aku merutuki diriku yang tidak bisa meyakinkannya
untuk segera meninggalkan dunianya dan bergabung bersamaku.
Pada akhirnya aku benar-benar terlambat dan aku menyesal.
Dihari yang sama saat ia akan berkencan dengan HyunJoong, ia berbisik padaku.
“eonnie, aku ingin sekali melihatmu bisa melihat lagi.
Suatu saat nanti akan ku berikan kedua mataku ini untukmu”
Dan ia memang memberikannya padaku dengan cara yang
tragis. Ia meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Tanpa terasa aku menangis.
Jinki melihatku meneteskan airmata, menhampiriku dan bertanya padaku,
“chagiya, waeyo?”
Aku menggeleng dan mengusap air mataku,
“anniyo, aku hanya teringat pada Yoon ah”
Jinki memelukku. Aku masih tetap menangis dipelukannya
dan mengusap air mataku lembut
“ mau jalan-jalan?”
Aku mengangguk
Menghirup udara segar sangat menyenangkan. Jinki
memapahku disepanjang perjalanan. Walaupun sebenarnya aku masih bisa melihat
sedikit, tapi keadaan taman dirumah sakit cukup ramai, sehingga bisa saja tanpa
sengaja aku menabrak salah satu dari mereka. Dan disinilah kami, duduk ditengah-tengah
taman yang luas.
Semilir angin yang sejuk, membuatku ingin bersandar di
bahu Jinki. Tapi sebelum aku melakukannya, Jinki lebih dulu menarik kepalaku
lembut untuk bersandar dibahunya.
“apa yang kau lakukan jika sudah bisa melihat lagi?”
tanyanya
“melihat dunia lagi, aku ingin tahu bagaimana Seoul
sekarang”
“kau tidak ingin melihatku?” godanya
Aku mendongak, tersenyum kecil “aku masih bisa melihatmu”
aku mengarahkan kepalanya pelan tepat dibawah sinar matahari,
“matamu, hidungmu, bibirmu, rambutmu... astaga Jinki kau
mengecat rambutmu lagi?”
Jinki tertawa sambil mngusap-usap rambutku “dasar kau
ini”
“lalu bagaimana denganmu, apa yang kau lakukan jika aku
bisa melihat lagi?” tanyaku
Jinki tersentak, “aku akan... menikahmu”
Aku kaget, seulas senyum nampak jelas dibawahnya. Nada
ketulusan yang amat sangat terdengar dari mulutnya. Aku hampir tidak bisa
berkata-kata lagi. Aku memeluknya.
“Chagiya..... sarang.....” aku melanjutkannya
Tiba-tiba kepalaku pusing dan.....
BRUUKKK~~ gelap aku tidak ingat apa-apa lagi
Dingin sekali. Apa ini sudah masuk musim dingin lagi?
Dimana aku sekarang?
Aku mendengar suara derap langkah orang yang bolak balik. Aku mencoba membuka mataku tapi tidak
bisa, rasanya kedua kelopak mataku sangat lengket. Aku mencobanya lagi dan
tetap tidak berhasil. Aku meraba-raba daerah sekitar mataku. Mataku diperban?
Apa aku sudah dioperasi?
“sooyoung, kau sudah bangun?” tanya ibuku memastikan.
“umma.... dimana aku? Kenapa aku diperban? Apa aku sudah
dioperasi?”
Tidak kudengar suara apapun. Mendaddak semua sunyi. Aku
tidak tahu suara siapa saja yang ada di ruangan ini, tapi mendadak aku tidak
mendengar derap-derap langkah yang sesungguhnya cukup berisik itu. Mereka
seperti menghilang.
“umma?” panggilku lagi
“ne....”jawabnya serak
“umma, kau menangis?”
“anniyo”
Mendadak aku mendengar lagi derap-derap langkah
orang-orang yang berisik. Salah satu dari mereka memberi perintah kepada yang
lain. Aku hanya bisa berbaring diam diatas tempat tidur. Seseorang berkata
“buka perbannya!”
Seseorang mendekat dan muleai melepas satu persatu perban
dimataku sampai selesai. Aku tidak sabar ingin membuka lagi mataku. Aku
mencobanya, lengket, aku mencobanya lagi, terbuka! Tapi....semua gelap. Sama
saja seperti saat diperban. Ada apa ini?
“umma....” rengekku
“kenapa masih gelap?” tambahku
Aku mendengar suara umma seperti tercekik. Seseorang yang
mungkin adalah seorang dokter menghampiriku.
“maafkan kami Park Sooyoung agasshi... ketika kau pingsan
kami telah berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan penglihatanmu.. dan
sayangnya kami gagal” dokter itu terdengar sangat menyesal.
Aku tercekat, “lalu... bagaimana transplantasiku?
Bagaimana!” aku berteriak pada dokter itu. Amarahku mencapai puncaknya. Setelah
bertahun-tahun aku dengan sabar menanti semua ini. Tapi hanya berakhir dengan
KEGAGALAN! Aku menangis, aku memukul apa saja yang ada di sampingku. Umma
berusaha menenangkanku tapi aku tak menggubrisnya. Aku terlampaui kecewa, amat
kecewa.
“maafkan kami, pihak pendonor tiba-tiba membatalkan
semua... kami amat menyesal Park Sooyoung agasshi” dokter itupun pergi.
Aku hanya menangis. Dan itu membuat umma ikut menangis. Ottokhae?
Aku tak akan bisa melihat lagi.... Aku takkan melihat umma, appa,
teman-temanku.... dan Jinki. Itu yang sangat menyakitkan.
Aku berteriak, marah, menangis tersedu-sedu, dan saat aku
bicara ingin mati, seseorang memelukku dengan erat dan ikut menangis. Aku meronta,
berontak, tak ingin dikasihi oleh siapapun saat ini. Tapi aku tak peduli. Aku terus
memukulnya, memakinya, berteriak-teriak padanya, mencakarnya, tapi orang itu
justru mendekapku lebih erat.
Dan ketika tenagaku habis dan mulai pasrah, aku hanya
bisa menangis tanpa suara. Aku bersimpuh di dadanya mencoba meredam rasa
kecewaku. Dan ketika aku menunduk,
seseorang membisikan sesuatu di telingaku.
“mianhae chagiya....aku tidak dapat berbuat apa-apa
untukmu” bisiknya disela-sela tangisku
Begitu tahu siapa sebenarnya orang yang tadi memelukku,
aku berhenti meronta dan menangis. Aku meraba-raba wajahnya hingga ke leher. Lekuk-lekuk
wajahnya, pelukannya yang hangat...Jinki... mianhae
Dua
Bulan Kemudian~
“Hei, awas...pelan-pelan naik tangganya” tuntun Jinki
Aku menggerutu, “sudahlah, hanya tangga kecil....aku
masih bisa menaikinya dengan bantuan
tongkatku”
Aku melepaskan pegangan tangan Jinki dan nekat manaiki
anak tangga pendek didepan toko. Dengan santai akupun melangkahkan kaki
kananku. Hap! Berhasil. Aku merabanya dengan tongkat lagi dan mulai melangkah,
tapi tiba-tiba
“aauuuwww....”
Aku terpeleset. Tongkat terlepas dan aku kehilangan
keseimbangan. Aku hampir jatuh ketika Jinki akhirnya menahan punggungku. Fuih...tepat
waktu.
“sudah kubilangkan....kau ini” tegurnya sambil berusaha
membantuku berdiri.
Aku hanya meringis, “mianhae Jinki”
“Sudahlah, sini kugendong”
Tanpa persetujuanku ia menaikkanku ke punggungnya dan
kami berjalan memasuki toko. Suasana toko cukup hangat dan aku melepaskan
topiku. Aku bertanya-tanya dimana sebenarnya aku berada.
“dimana ini? Kau mau beli apa?” tanyaku pada Jinki
Jinki mendudukanku disofa, “tenang chagiya...tunggu
disini” ujarnya.
Aku menurut saja dan diam ditempat. Tak lama kemudian ia
datang dan menuntunku kesebuah ruangan kecil. Ia meninggalkanku disana beserta
dengan dua orang yeoja asing yang sedang membujukku untuk mencoba sebuah
pakaian. Bukan pakaian, tapi sebuah gaun.
Karna aku buta, aku hanya menurut ketika dua orang yeoja
itu mendandaniku dan mengenakanku sebuah gaun. Walaupun agak risih aku mencoba
untuk tetap santai dan tenang. Setelah selesai, mereka menyuruhku berbalik
dan....Sreeekkk..... tirai dibuka.
Aku tak tau harus menghadap kearah mana. Aku berusaha
mencari-cari suara Jinki tapi sama sekali tidak terdengar.
“Jinki........” panggilku
“Sooyoung.......kau.....” nadanya terputus
“neomu yeppeo....” lanjutnya takjub
“mwo?” tanyaku heran mendengar tanggapannya
“kau tahu apa yang sedang kau kenakan sekarang?”
lanjutnya. Aku menggeleng
“sebuah gaun pengantin”
Gaun pengantin??? Aku ternganga mendengarnya
“Jinki kau...untuk apa kau membelikannya untukku?”
tanyaku
“untuk apa lagi?” tanyanya balik
“tentu saja menikahimu!” serunya
Aku diam, berusaha mencerna kata-katanya. “tidak
mungkin...kau pasti bohong”
“untuk apa aku bohong?”
“akukan.........aku BUTA Jinki!” suaraku terdengar serak
Jinki menghampiriku dan mengelus rambutku,
“Chagiya....aku sama sekali tidak peduli....yang
terpenting adalah, aku jatuh cinta padamu........sejak pertama kali aku bertemu
denganmu, sampai detik ini...... aku masih merasakan hal yang sama, jantungku
masih berdetak kencang ketika aku melihatmu” ucapnya lembut.
Aku sangat terharu, tak terasa air mataku menetes,
“tapi aku takkan bisa melihatmu Jinki.......... itu
menyakitkan”
“omong kosong.............bukankah kau sudah pernah
bilang kau masih bisa melihatku? Dan kau tau dimana itu?” ia menarik napas dan
menyentuh dadaku,
“disini, tepat disini. Dijantungmu”
Jantungku seperti diledakkan dengan kembang api, aku
sangat senang...bahagia, dunia serasa milik berdua (Plak!! Author memecah
suasana..........kaboooorrr!!).
Aku memeluknya erat-erat. Hangat, satu hal yang membuatku
sangat menyukai pelukannya.
“Saranghae Jinki”
“nado Saranghae Sooyoung”
Jinki menyematkan sebuah cincin dijariki dan membisikkan
sesuatu ditelingaku
“aku akan menikahimu, berjanjilah padaku kau juga akan
begitu”
Ia menciumku lembut. Ciuman hangat di musim dingin
BUBAR!!!!!
jelekkah?? mianhae...... jangan lupa RCL ya!!!